Kader Pelestari Budaya Lestarikan Budaya ala Remaja





Karmany eva dhikaraste ma phaleshu kadachana ma karma phala hetur bhur mate sango’stv akarmani (Bhagawadgita)




Bekerja dengan tulus iklas tanpa memikirkan timbal balik. Karena setiap apa yang kita kerjakan pasti ada karma yang menyertai.

            Sebuah motto yang dikutip dari kitab suci Bhagawadgita menuntun para remaja bergerak untuk berkerja melestarikan budaya dalam sebuah wadah dimana mereka bisa mewujudkan motto dan tujuan mereka di sebuah organisasi Kader Pelestari Budaya (KPB).


Pertama digagas oleh I Wayan Dalam Ari Kalky pada tahun 2001 diawali dengan sebuah acara kemah budaya, Kader Pelestari Budaya Provinsi Bali resmi dibentuk. Sebuah organisasi mandiri yang memberi naungan pada remaja untuk turut melestarikan budaya yang ada di provinsi Bali. Bukan lewat menari, bukan lewat makendang, bukan lewat mekidung, namun mengeksplorasi budaya dengan cara mereka sendiri  “Kita melestarikan budaya itu tidak dengan cara yang kaku, kita melestarikan budaya dengan cara yang fun, jadi kita kemas kegiatan melestarikan budaya itu dengan menarik, seperti fotografi yang tujuannya tetap untuk melestarikan budaya dan menarik perhatian remaja untuk melestarikan budaya,” ungkap Seshia Arma Dwi Permata yang biasa dipanggil Kak Seshia, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat KPB.
            Kegiatan rutin yang selalu mereka lewati diantaranya kemah budaya dan kegiatan kepeloporan dan kepemimpinan. “Kemah budaya itu tujuannya untuk merekrut anggota baru setelah kemah budaya anggota baru diajak mengikuti pelatihan kepeloporan dan kepemimpinan, kegiatannya seperti kegiatan survival, dimana anggota baru itu dilatih untuk belajar menghargai sesuatu,” tambah kak Seshia. Kader Pelestari Budaya bergerak dengan prinsip ngayah, mereka melakukan segala kegiatannya dengan suka rela tanpa penghargaan plakat dan lain sebagainya. “Kalau untuk penghargaan, KPB ini organisasi yang sepi penghargaan, karena sifat dari KPB ini ngayah. Tujuan dibentuknya KPB ini kan untuk menciptakan para kader yang menjadi pelestari budaya, tanpa ada penghargaan,” tutur I Wayan Dalam Ari Kalky selaku Koordinator Pembina Kader Pelestari Budaya.
            Keanggotaan KPB didominasi kalangan remaja mulai dari siswa sekolah menengah atas (SMA). Untuk mengakali jadwal pelatihan karena anggota KPB mayoritas siswa, maka pelatihan diadakan di hari Sabtu dan Minggu. Dibina oleh 15 pembina berintegritas KPB mampu menjaga komitmennya hingga kini dan berkembang menjadi Kader Pelestari Budaya Daerah, yang digagas tahun 2008 . Khusus untuk Kader Pelestarian Daerah hanya ada di kabupaten Gianyar, Badung, Tabanan, dan Kota Denpasar. Tujuan dikembangkan KPB Provinsi Bali menjadi KPB daerah adalah untuk memfokuskan kinerja kader-kader dalam melestarikan budaya daerah namun tetap menjadi anggota KPB Provinsi Bali. (Pra,Tih,Dia)

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayo Napak Tilas di Zona Z

Pande Putu Setiawan “Anak-Anak Bali Harus Pintar”